Minggu, 14 Juli 2013
Nikmat Allah Kepada Hamba-Nya
Termasuk rahasia kelembutan nikmat Allah kepada hamba-Nya yang kadang kurang dipahami, adalah saat ia menutup pintunya. Kemudian Dia menggerakkan seseorang agar mengetuk pintunya untuk meminta suatu makanan. Hal ini untuk memberitahukan betapa besar nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya.
Salam bin Abi Muthi' berkata: “Aku pernah menjenguk orang yang sedang sakit, tiba-tiba ia merintih kesakitan, maka aku katakan kepadanya: “Ingatlah orang-orang yang tidak punya tempat tinggal dan tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membantu mereka.” Kemudian lain kali aku menjenguk orang tadi. Maka aku mendengar ia berkata kepada dirinya sendiri: “Wahai diri, ingatlah orang-orang yang terusir di jalanan. Ingatlah orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membantu mereka".
Abdullah bin Abi Nuh berkata: “Ada seseorang di daerah pesisir berkata kepadaku: “Berapa banyak perbuatan yang di benci Allah telah engkau lakukan, tetapi Dia memperlakukanmu dengan sesuatu yang engkau sukai ?”. Saya berkata: “Aku tidak bisa menghitung karena banyaknya”. Orang tersebut berkata: “Apakah Allah pernah mengecewakanmu ketika memohon kepada-Nya agar memecahkan masalah yang menyusahkan dirimu?”. Aku berkata: “Demi Allah tidak, justru Allah telah berbuat baik kepadaku dan menolong diriku”. Orang tersebut berkata: “Apakah engkau pernah memohon sesuatu kepada-Nya, kemudian Dia tidak mengabulkan permohonan tersebut?” Aku berkata: “Apakah Dia pernah menahan sesuatu yang aku minta?". Belum pernah sama sekali aku meminta sesuatu kepada-Nya kecuali Dia pasti memberikannya dan belum pernah aku meminta tolong kepada-Nya kecuali Dia menolongku.” Ia berkata: “Bagaimana pendapatmu seandainya sebagian bani Adam memperhatikan sebagian hal tersebut kepadamu, apa balasan yang akan engkau berikan kepadanya?” Aku berkata: “Aku tidak mampu membalasnya“. Maka ia berkata: “Sesungguhnya Rabbmu lebih berhak mendapat ungkapan syukur darimu. Dia telah berbuat baik kepadamu dari sejak dulu hingga sekarang. Demi Allah, sesungguhnya bersyukur kepada-Nya, adalah lebih mudah dibanding membalas kebaikan seorang hamba. Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta'ala telah ridha jika para hamba-Nya bersyukur dan memuji-Nya.”
Sufyan Ats-Tsaury berkata: “Allah tidak pernah memberikan nikmat kepada hamba-Nya di dunia kemudian membuka kejelekan-kejelekannya di akhirat. Telah menjadi hak Dzat yang memberi nikmat untuk menyempurnakan nikmatnya".
Ibnu Abi Al-Hawary berkata: “Saya berkata kepada Mu'awiyah: “ Begitu besar kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita dalam masalah tauhid, kita berdo'a kepada Allah agar tidak mencabutnya kembali dari kita” . Ia berkata: “Menjadi hak bagi Dzat yang memberi nikmat untuk menyempurnakan nikmat-Nya. Dan Allah Yang Maha Mulia, jika memberi nikmat, maka akan menyempurnakannya”.
Ibnu Abi Hawary berkata: “Seorang wanita telah berkata kepadaku: “Saat di rumah, hatiku disibukkan dengan suatu masalah”. Aku berkata: “Apa yang menyibukanmu?”. Ia menjawab: “Aku ingin mengetahui nikmat Allah yang di berikan kepadaku dalam sekejap mata, atau mengetahui kekuranganku dalam mensyukuri nikmat Allah”. Maka Aku katakan padanya: “Anda menginginkan sesuatu yang tiak pernah bisa di capai oleh akal kita.”
Ibnu Zaid berkata: “Hendaknya dalam suatu majelis ada seseorang yang memuji Allah, sehingga dengan demikian ia telah menyiapkan segala keperluan yang di butuhkan dalam majelis tersebut. Ia melanjutkan perkataannya: “Dalam sebagian kitab yang diturunkan Allah, Dia berfirman: “Berilah sesuatu yang menggembirakan hamba-Ku yang beriman, maka tidak ada satupun yang menimpa dirinya kecuali ia selalu mengucapkan Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah) dan Masya' Allah (Atas kehendak Allah). Dia juga berfirman: “Berilah sesuatu yang menyedihkan kepada hamba-Ku yang beriman, tidak ada musibah buruk yang menimpanya kecuali ia berkata:“Alhamdulillah-Alhamdulillah” . Maka Allah berfirman: “Sesungguhnya hamba-Ku bertahmid tatkala Aku beri sesuatu yang menakutkan sebagaimana ia bertahmid kepada-Ku ke negeri kemuliaan (jannah), sebagaimana ia telah memuji-Ku dalam setiap keadaan”.
Wahab berkata: “Ada seorang hamba yang telah beribadah selama lima pula tahun, maka Allah memberitahukan kepadanya bahwa ia telah diampuni. Kemudian sihamba tadi berkata: “Ya Rabb...........apa yang engkau ampuni, padahal aku belum pernah berbuat dosa”.Maka Allah memerintahkan kepada urat nadi yang ada di lehernya agar berdetak kencang sehingga ia tidak bisa tidur dan shalat. Setelah itu Allah perintahkan kepada urat nadi tadi agar berdetak normal sehingga ia bisa tidur kembali. Kemudian datanglah malaikat, maka hamba tadi mengadu dan mengeluhkan keadaan dirinya bahwa dirinya belum pernah mendapatkan denyut urat nadi yang secepat itu. Maka Malaikat menjawab: “Sungguh Rabbmu telah berfirman: “Sesungguhnya ibadahmu selama lima puluh tahun sebanding dengan kembali normalnya detak urat nadi tadi”.
Ibnu Abi Dunya mengatakan bahwa Dawud pernah berkata: “Ya Rabbku.....beritakan kepadaku nikmat yang paling rendah yang Engkau berikan kepadaku.” Maka Allah memerintahkan kepadanya: “Wahai Dawud, bernapaslah!”. Maka iapun bernapas. Allah berfirman: “Inilah nikmatku yang paling rendah yang Aku berikan kepadamu.”
Dari sinilah jelaslah makna hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari jalan Zaid bin Tsabit dan Ibnu Abbas:
لو أن الله عذب أهل سماواته وأهل أرضه لعذبهم وهو غير ظالمٍ لهم ولو رحمهم لكانت رحمته خيرا لهم من أعمالهم
Artinya: “Sesungguhnya Allah jika mengadzab penduduk bumi dan langit maka adzab-Nya tersebut bukanlah suatu kedzaliman terhadap hamba-Nya. Dan jika memberi Rahmat kepada hamba-Nya maka rahmat tersebut lebih baik baginya dari amalan mereka”. (Di riwayatkan oleh Ahmad dan di Shahihkan oleh Al-Albany dalam Sahihnya Al-Jami' Ash-Shaghir no: 5244)
Juga hadits yang tersebut dalam Sahih Muslim, Rasulullah bersabda:
لَنْ يُنَجِّيَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ . قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ . قَالَ: «وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِرَحْمَة , سَدِّدُوا
Artinya: “ Tidak ada seorangpun dari kalian yang selamat karena amalannya. Mereka bertanya: “Apakah engkau juga Ya Rasulullah?” Beliau bersabda: “ Begitu juga saya, hanya saja Allah mengaruniakan Rahmat dan karunia-Nya kepadaku. Akan tetapi istiqomahlah dalam beramal. (H.R. Muslim no: 5036)
Ketahuilahm, bahwasanya amal seorang hamba tidak sebanding dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya...
Dari Kitab ' Udatush Shabirin karya Ibnu Qayim al Jauziy
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar