Minggu, 14 Juli 2013
Ujian Kenikmatan Dan Kesulitan
Sebagaian Salaf berkata: “Orang beriman dan orang kafir bisa sabar terhadap musibah yang menimpanya, namun tidak ada yang bisa bersabar terhadap kenikmatan, kecuali para Shiddiqien (orang-orang yang sangat jujur).”
Abdurrahman bin Auf radhiyallahu anhu, berkata:
ابتلينا بالضّرّاء فصبرنا و ابتلينا بالسّرّاء فلم نصبر
“Ketika di uji dengan kesusahan, kami bisa sabar, namun tatkala diuji dengan kesenangan, kami tidak bisa sabar.”
Oleh karena itu Allah Ta'ala mengingatkan kepada para hamba-Nya dari fitnah harta, istri dan anak-anak. Allah berfirman :
ياأيها الذين آمنوا لا تلهكم أموالكم ولا أولادكم عن ذكر الله
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari berdzikir kepada Allah.” (Qs. Al-Munafiqun:9)
ياأيها الذين آمنوا إن من أزواجكم وأولادكم عدوا لكم فاحذروهم
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya anak-anak dan istri-istri kalian adalah musuh bagi kalian.” (Qs. At-Taghobun:14)
Maksud “musuh” dalam ayat ini bukan musuh sebagaimana yang difahami oleh kebanyakan orang, yaitu permusuhan yang mengandung kebencian dan kemarahan. Akan tetapi maksudnya adalah permusuhan yang disebabkan kasih sayang yang belebihan sehingga menghalangi mereka dari hijrah, jihad, mempelajari ilmu, bershadaqoh serta melakukan amalan-amalan shalih lainnya.
Sebagaimana tersebut dalam Jami' At Tirmidzi dari jalan Israil, Samak telah menceritakan kepada kami dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas bahwasannya ada seseorang yang bertanya kepadanya tentang maksud firman Allah dalam Surat At Taghabun: 14.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya istri-istri dan anak-anak kalian adalah musuh bagi kalian. (Qs.At-Taghabun: 14).
Maka ia berkata: “Mereka adalah penduduk mekkah yang telah masuk islam, mereka ingin datang kepada Nabi. Namun anak-anak dan istri-istrinya menghalang-halangi mereka untuk datang kepada Rasulullah. Ketika akhirnya mereka datang kepada Rasulullah dan melihat manusia sudah faham terhadap dien islam, maka mereka berniat untuk menghukum anak-anak dan istri-istrinya. Sehingga turunlah ayat: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya istri-istri dan anak-anak kalian adalah musuh bagi kalian.” (Qs.At-Taghabun: 14)
Imam Tirmidzi berkata: “Hadits ini Hasan Sahih.”
Berapa banyak hamba yang gagal mendapatkan kesempurnaan dan kebahagiaan (kemenangan) hanya disebabkan istri dan anak-anak mereka.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
الولد مبخلة مجبنة
“Seorang anak itu bisa menjadikan seseorang bkahil dan pengecut”. (H.R Abu Ya'la dan dishahihkan Albani)
Imam Ahmad menyebutkan: Zaid bin Al Habab telah menceritakan kepada kami, Hasni Zaid bin Waqid berkata: “Abdullah bin Buraidah berkata: “Aku mendengar bapakku berkata: “Suatu kali Rasulullah berkhutbah di hadapan kami, kemudian datanglah Hasan dan Husein dengan mengenakan baju merah berjalan tertatih-tatih. Maka Rasulullah turun dari minbar lalu mengangkat keduanya dan membopong dengan kedua tangannya. Kemudian beliau bersabda: “ Maha benar Allah yang berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya harta-harta dan anak-anak kalian dalah fitnah.” (Qs. At Taghabun: 15)
Saya nelihat anak ini berjalan sambil tertatih-tatih sehingga aku tidak sabar lalu aku hentikan perkataanku untuk mengangkat keduanya. “(HR. Ahmad dan lainnya, di sahihkan oleh Al Albani dalam Sahih Al Jami As Saghir, No: 3753).
Hadits ini menunjukan kepada kita tentang kesempurnaan kasih sayang Rasulullah dan kelemah lembutan beliau terhadap anak kecil serta kecintaan beliau kepada mereka. Hal ini juga merupakan pelajaran bagi umatnya agar bersikap kasih sayang dan cinta serta lemah lembut kepada anak-anak kecil.
Dari Kitab Udatus Shabirin karya Ibnu Qayim al Jauziy
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar