HADITS PERTAMA:
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم في البحر:
((هو الطهور ماؤه الحلميتته ))
أخرجه الأربعة وابن أبي شيبة واللفظ له وصححه ابن حزيمة والترمذي.
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda tentang lautan: “ Airnya suci dan menyucikan, halal bangkainya”.Telah mengeluarkannya imam yang empat dan Ibnu Abi Syaibah.Dan lafadz ini dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan at Tirmidziy.
BIOGRAFI SINGKAT PEROWI
Abu Hurairah
Nama Abu Hurairah adalah Abdur Rahman bin Shakhr. Inilah yang dikuatkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam at Tamhid(12/172-173).
Para ahli sejarah berbeda-beda pendapat perihal nama beliau ini. Demikian pula tentang nama ayahnya. Beliau sendiri menerangkan bahwa dimasa jahiliyah, beliau bernama Abdu Syams. Setelah memeluk islam, beliau diberi nama oleh Nabi dengan Abdur Rahman atau Abdullah, ibunya bernama Maimuna yang memeluk islam berkat do’a Nabi.
Beliau lahir tahun 21 sebelum hijrah [th. 602 M]: Abu Hurairah datang ke Madinah pada tahun Khaibar pada bulan Muharam tahun 7 H. lalu memeluk agama Islam. Setelah memeluk Islam, beliau tetap beserta Nabi dan menjadi ahlus suffah. Karena inilah beliau banyak mendengar hadis Nabi
Beliau meriwayatkan hadist sejumlah 5374 hadis, menurut Al-Kirmani5364.
Abu Hurairah,meriwayatkan hadist dari Nabi sendiri dan dari Sahabat yang lain ,di antaranya Abu Bakar,Umar ,Alfadl Ibnu Abbas , Ubai Ibnu Kaab, Usama Bin Zaid dan Aisyah.
Hadis-hadisnya banyak diriwayatkan oleh sahabat dan tabi’in.Diantara para sahabat ialah Ibnu abbas,Ibnu umar annas dan lain-lainnya.Dan diantara para tabbiin besar ialah Marwan ibnu al Hakam,Sa’id ibnu al Musaiyab, Urwah bin Zubair, Sulaiman al-Asyja’i, Abu Muslim, Syuraih ibnu Hani,Sulaiman bin Yasar,Abdullah bin Syaqiq, Handhalah al-Aslami,Said bin Amr bin Said bin al-Asy, Abu al-habab,Said ibnu Yassar,Muhammad ibnu Sirin,Abdur Rahman ibnu Saad,Abdullah bin Uqbah bin Mas’ud,Atha bin Abi Rabah, Atha bin Yassar.
Dalam sebuah hadits shahih bahwa Abu Hurairah berkata ,”Ya Rasulullah,saya mendengar dari tuan banyak hadis,tetapi saya banyak lupa.mendengar itu Nabi bersabda,”Hamparkan selimut mu”. Maka Nabi mengambil kain itu dengan tangannya.kemudian Nabi berkata”Berselimut lah.”Maka saya pun berselimut.Setelah itu saya tidak pernah lupa sesuatu yang saya dengar dari Nabi”.
Dinamakan Abu Hurairah karena ketika hidupnya memiliki kucing kecil yang beliau bermain-main dengannya.
Beliau adalah sahabat Rasulullah yang paling banyak menghafal hadits dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Berkata Al Hafidz Taqiyuddin bi Makhlad Al Andalusiy dalam “musnadnya” : Abu Hurairah memiliki 5374 hadits. Tidaklah ada sahabat Nabi yang memiliki hafalan hadits sebanyak ini ataupun mendekatinya.
Berkata Imam Syafi’i : Abu Hurairah orang yang paling banyak menghafal hadits pada masanya.
Abu Hurairoh pernah menjadi gubernur Madinah,dan pada masa pemerintahan Umar beliau di angkat menjadi gubernur di Bahrain,kemudian beliau di berhentikan. Beliau meninggal dikota Madinah tahun 57 H
BIOGRAFI SINGKAT MUKHARIJ HADITS:
|
1.Imam Abu Daud
Al-Imam al-Muhaddist Abu Dawud lahir pada tahun 202 H dan wafat pada tahun 275 H di Bashrah.
Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Abu Dawud yaitu sunan Abu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.
Beliau sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, beliau sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Beliau langsung berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.
2.Imam An Nasa’i
Salah satu kitab yang terkenal adalah yang disusun oleh Imam Abu Dawud yaitu sunan Abu Dawud. Kitab ini memuat 4800 hadits terseleksi dari 50.000 hadits.
Beliau sudah berkecimpung dalam bidang hadits sejak berusia belasan tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, beliau sudah berada di baghdad. Kemudian mengunjungi berbagai negeri untuk memetik langsung ilmu dari sumbernya. Beliau langsung berguru selama bertahun-tahun. Diantara guru-gurunya adalah Imam Ahmad bin Hambal, al-Qa’nabi, Abu Amr adh-Dhariri, Abu Walid ath-Thayalisi, Sulaiman bin Harb, Abu Zakariya Yahya bin Ma’in, Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb, ad-Darimi, Abu Ustman Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah dan lain-lain.
2.Imam An Nasa’i
Nama lengkap Imam al-Nasa’i adalah Abu Abd al-Rahman Ahmad bin Ali bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-khurasani al-Qadi. Lahir di daerah Nasa’ pada tahun 215 H. Ada juga sementara ulama yang mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 214 H. Beliau dinisbatkan kepada daerah Nasa’ (al-Nasa’i), daerah yang menjadi saksi bisu kelahiran seorang ahli hadis kaliber dunia. Beliau berhasil menyusun sebuah kitab monumental dalam kajian hadis, yakni al-Mujtaba’ yang di kemudian hari kondang dengan sebutan Sunan al-Nasa’i.
Para guru beliau yang nama harumnya tercatat oleh pena sejarah antara lain; Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih, al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Dawud (penyusun Sunan Abi Dawud), serta Imam Abu Isa al-Tirmidzi (penyusun al-Jami’/Sunan al-Tirmidzi).
Di antara murid-murid Beliau adalah; Abu al-Qasim al-Thabarani (pengarang tiga buku kitab Mu’jam), Abu Ja’far al-Thahawi, al-Hasan bin al-Khadir al-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin al-Ahmar al-Andalusi, Abu Nashr al-Dalaby, dan Abu Bakrbin Ahmad al-Sunni.
Karangan-karangan beliau yang sampai kepada kita dan telah diabadikan oleh pena sejarah antara lain; al-Sunan al-Kubra, al-Sunan al-Sughra (kitab ini merupakan bentuk perampingan dari kitab al-Sunan al-Kubra), al-Khashais, Fadhail al-Shahabah, dan al-Manasik. Menurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Imam Ibn al-Atsir al-Jazairi dalam kitabnya Jami al-Ushul, kitab ini disusun berdasarkan pandangan-pandangan fiqh mazhab Syafi’i.
Di antara murid-murid Beliau adalah; Abu al-Qasim al-Thabarani (pengarang tiga buku kitab Mu’jam), Abu Ja’far al-Thahawi, al-Hasan bin al-Khadir al-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin al-Ahmar al-Andalusi, Abu Nashr al-Dalaby, dan Abu Bakrbin Ahmad al-Sunni.
Karangan-karangan beliau yang sampai kepada kita dan telah diabadikan oleh pena sejarah antara lain; al-Sunan al-Kubra, al-Sunan al-Sughra (kitab ini merupakan bentuk perampingan dari kitab al-Sunan al-Kubra), al-Khashais, Fadhail al-Shahabah, dan al-Manasik. Menurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Imam Ibn al-Atsir al-Jazairi dalam kitabnya Jami al-Ushul, kitab ini disusun berdasarkan pandangan-pandangan fiqh mazhab Syafi’i.
3.Imam At Tirmidzi
Nama lengkapnya adalah Imam al-Hafidz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak As-Sulami at-Tirmidzi, salah seorang ahli hadits kenamaan, dan pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279 H di kota Tirmiz.
Di antara guru Beliau adalah Imam Bukhari, Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan Tirmidzi belajar pula hadits dari sebagian guru mereka.
Guru lainnya ialah Qutaibah bin Saudi Arabia’id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin ‘Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar, ‘Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin al-Musanna dan lain-lain.
Di antara murid – murid Beliau ialah Makhul ibnul-Fadl, Muhammad binMahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, ‘Ai-bd bin Muhammad an-Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, Abul-‘Abbas Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab Al-Jami’ daripadanya, dan lain-lain.
Abu ‘Isa aat-Tirmidzi diakui oleh para ulama keahliannya dalam hadits, kesalehan dan ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercaya, amanah dan sangat teliti.
Imam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab. Di antaranya: 1. Kitab Al-Jami’, terkenal dengan sebutan Sunan at-Tirmidzi. 2. Kitab Al-‘Ilal. 3. Kitab At-Tarikh. 4. Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah. 5. Kitab Az-Zuhd. 6. Kitab Al-Asma’ wal-kuna. Di antara kitab-kitab tersebut yang paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami’
Beliau meninggal pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H dalam usia 70 tahun.
4.Imam Ibnu Majah
Nama sebenarnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qazwini dari desa Qazwin, Iran. Lahir tahun 209 dan wafat tahun 273. Beliau adalah muhaddits ulung, mufassir dan seorang alim. Beliau memiliki beberapa karya diantaranya adalah Kitabus Sunan, Tafsir dan Tarikh Ibnu Majah.
Ia melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk menulis hadits, anatara lain Ray, Basrah, Kufah, Baghdad, Syam, Mesir dan Hijaz.
Ia menerima hadit dari guru gurunya antara lain Ibn Syaibah, Sahabatnya Malik dan al-Laits. Abu Ya’la berkata,” Ibnu Majah seorang ahli ilmu hadits dan mempunyai banyak kitab”.
Beliau menyusun kitabnya dengan sistematika fikih, yang tersusun atas 32 kitab dan 1500 bab dan jumlah haditsnya sekitar 4.000 hadits. Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi menghitung ada sebanyak 4241 hadits di dalamnya. Sunan Ibnu Majah ini berisikan hadits yang shahih, hasan, dhaif bahkan maudhu’. Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik ada hampir 30 hadits maudhu di dalam Sunan Ibnu Majah walaupun disanggah oleh as-Suyuthi.
Ibnu Katsir berkata,” Ibnu Majah pengarang kitab Sunan, susunannya itu menunjukan keluasan ilmunya dalam bidang Usul dan furu’, kitabnya mengandung 30 Kitab; 150 bab, 4.000 hadits, semuanya baik kecuali sedikit saja”.
Ia wafat pada tahun 273 H
Ia melakukan perjalanan ke berbagai kota untuk menulis hadits, anatara lain Ray, Basrah, Kufah, Baghdad, Syam, Mesir dan Hijaz.
Ia menerima hadit dari guru gurunya antara lain Ibn Syaibah, Sahabatnya Malik dan al-Laits. Abu Ya’la berkata,” Ibnu Majah seorang ahli ilmu hadits dan mempunyai banyak kitab”.
Beliau menyusun kitabnya dengan sistematika fikih, yang tersusun atas 32 kitab dan 1500 bab dan jumlah haditsnya sekitar 4.000 hadits. Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi menghitung ada sebanyak 4241 hadits di dalamnya. Sunan Ibnu Majah ini berisikan hadits yang shahih, hasan, dhaif bahkan maudhu’. Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi mengkritik ada hampir 30 hadits maudhu di dalam Sunan Ibnu Majah walaupun disanggah oleh as-Suyuthi.
Ibnu Katsir berkata,” Ibnu Majah pengarang kitab Sunan, susunannya itu menunjukan keluasan ilmunya dalam bidang Usul dan furu’, kitabnya mengandung 30 Kitab; 150 bab, 4.000 hadits, semuanya baik kecuali sedikit saja”.
Ia wafat pada tahun 273 H
5.Ibnu Abi Syaibah
Namanya sebenarnya adalah Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al Kufy, seorang hafidh yang terkenal.
Ia menerima hadist dari al-Ahwash, Ibnu Mubarak, Syarik, Husyaim, Jarir, Wakie’, Ibnu Uyainah, Ibnu Mahdy, Ibnul Qaththan, Zaid bin Harun dan lainnya.
Diantara yang menerima hadist dari padanya adalah al Bukhary, Muslin, Abu Daud, dan Ibnu Majah.
Diantara yang mengeluarkan hadist untuknya dengan perantaaan Ahmad adalah an-Nasa’iy, Ahmad bin Hambal, Muhammad ibnu Sa’ad, Abu Zur’ah, Abu Hatim Abdullah bin Ahmad Ibrahim al-Harby.
Para ulama sepakat bahwa Abu Bakar bin Abi Syaibah seorang yang kuat hapalannya. Dan dipuji oleh banyak ulama.
Abul Ubaid al-Qasim berkata,” Puncak ilmu dipegang oleh 4 orang yaitu Ibn Abi Syaibah orang yang cakap penyebut hadist, Ahmad adalah orang yang paling pandai memahami hadist, Yahya orang yang paling banyak mengumpulkan hadist dan Ali bin al-Madiny orang yang alim akan hadist. Dan yang paling hapal takala ada Mudzakarah adalah Abu Bakar bin Abi Syaibah.
Abu Zur’ah ar Razy berkata,” Belum pernah saya melihat orang yang hapal dari pada Abu Bakar bin Abi Syaibah.
Ibnu Hibban berkata,” Ibn Abi Syaibah adalah seorang yang hafidh yang sangat kuat hapalannya, dia salah seorang dari ulama yang menulis hadist, mengumpulkan dan meyusun kitab, bermudzakarah. Dia adalah ulama yang paling hafidh bagi hadist maqthu”.
Ia wafat pada tahun 235 H.
Berkata al Hafidz Ibnu Hajar: Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan at Tirmidzi
|
PENGERTIAN HADITS SHAHIH:
Kriteria hadits shahih sebagai berikut:A. Sanadnya Bersambung
Maksudnya adalah tiap-tiap perowi dari perowi lainnya benar-benar mengambil secara langsung dari orang yang ditanyanya, dari sejak awal hingga akhir sanadnya.
Untuk mengetahui dan bersambungnya dan tidaknya suatu sanad, biasanya ulama’ hadis menempuh tata kerja sebagai berikut;
Mencatat semua periwayat yang diteliti,
Mempelajari hidup masing-masing periwayat,
Meneliti kata-kata yang berhubungan antara para periwayat dengan periwayat yang terdekat dalam sanad, yakni apakah kata-kata yang terpakai berupa haddasani, haddasani, akhbarana, akhbarani, ‘an,anna, atau kasta-kata lainnya.
B. Perawinya Bersifat Adil
Maksudnya adalah tiap-tiap perowi itu seorang Muslim, bersetatus Mukallaf (baligh), bukan fasiq dan tidak pula jelek prilakunya.
Dalam menilai keadilan seorang periwayat cukup dilakuakan dengan salah satu teknik berikut:
keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta’dil bahwa seorang itu bersifat adil, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab jarh wa at-ta’dil.
ketenaran seseorang bahwa ia bersifast adil, seperti imam empat Hanafi,Maliki, Asy-Syafi’i, dan Hambali.
khusus mengenai perawi hadits pada tingkat sahabat, jumhur ulama sepakat bahwa seluruh sahabat adalah adil. Pandangan berbeda datang dari golongan muktazilah yang menilai bahwa sahabat yang terlibat dalam pembunuhan ‘Ali dianggap fasiq, dan periwayatannya pun ditolak.
C. Perowinya Bersifat Dhobith
Maksudnya masing-masing perowinya sempurna daya ingatannya, baik berupa kuat ingatan dalam dada maupun dalam kitab (tulisan).
Dhobith dalam dada ialah terpelihara periwayatan dalam ingatan, sejak ia manerima hadits sampai meriwayatkannya kepada orang lain, sedang, dhobith dalam kitab ialah terpeliharanya kebenaran suatu periwayatan melalui tulisan.
Adapun sifat-sifat kedhobitan perowi, menurut para ulama, dapat diketahui melalui:
kesaksian para ulama
berdasarkan kesesuaian riwayatannya dengan riwayat dari orang lain yang telah dikenal kedhobithannya.
D. Tidak Syadz
Maksudnya ialah hadits itu benar-benar tidak syadz, dalam arti bertentangan atau menyalesihi orang yang terpercaya dan lainnya.
Menurut asy-Syafi’i, suatu hadits tidak dinyatakan sebagai mengandung syudzudz, bila hadits itu hanya diriwayatkan oleh seorang periwayat yang tsiqah, sedang periwayat yang tsiqah lainnya tidak meriwayatkan hadis itu. Artinya, suatu hadis dinyatakan syudzudz, bila hadisd yang diriwayatkan oleh seorang periwayat yang tsiqah tersebut bertentengan dengan hadits yang dirirwayatkan oleh banyak periwayat yang juga bersifat tsiqah.
E. Tidak Ber’ilat
Maksudnya ialah hadis itu tidak ada cacatnya, dalam arti adanya sebab yang menutup tersembunyi yang dapat menciderai pada ke-shahih-an hadits, sementara dhahirnya selamat dari cacat.
‘Illat hadis dapat terjadi pada sanad maupun pada matan atau pada keduanya secara bersama-sama. Namun demikian, ‘illat yang paling banyak terjadi adalah pada sanad, seperti menyebutkan muttasil terhadap hadits yang munqati’ atau mursal
KESIMPULAN DERAJAT HADITS: |
Hadits ini adalah hadits shohih.
Berkata Imam At Tirmidzi dalam Al ‘ilal Al kabir (1/136) : Aku bertanya kepada Muhammad (Imam Al Bukhoriy) maka beliau menjawab : hadits ini shohih.
Berkata Ibnu Abdil Barr dalam At Tamhid (16/230) : Hadits tersebut shohih menurut saya karena para ulama’ menerimanya dan mengamalkannya dan secara global tidak ada seorangpun dari ahli fiqh menyelisihinya.
Berkata Ibnu hajar dalam Tahdzibut Tahdzib (10/230) dalam biografi Al Mughiroh bin Abu Burdah : Telah menshohihkan haditsnya dari Abu Huroiroh tentang air laut, Imam Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ibnu Mundzir Al Khathabiy, At Thohawiy, Ibnu Mandah, Al Hakim, Ibnu Hazm, Al Baihaqiy, Abdul Haq dan lain-lainnya.
Berkata Imam An Nawawiy dalam Majmu’ Syarh Muhadzab 1/82 : Ini adalah hadits shohih.
Dan telah menshohihkannya Syaikh Al Albaniy dalam Irwaul Gholil 1/42.
FAEDAH DAN KANDUNGAN HUKUM:
|
Faedah pertama:
Air laut suci lagi mensucikan
Ada sebagian ulama’ yang berpendapat bahwa air laut tidaklah suci lagi menyucikan, berdasarkan :
A. Riwayat mauquf dari sahabat Ibnu Umar Rodhiyallohu ‘anhu :
(( ماء البحر لا يجزئ من وضوء ولا جنابة ))
“Air laut tidak mencukupi dari wudzu dan janabat”
B. Riwayat marfu’ dari jalan sahabat Ibnu Umar, Nabi bersabda :
(( لا يركب البحر إل حاج أو معتمر أو غاز في سبيل الله فإن تحت البحر نارا وتحت النار بحرا ))
“Tidak diperkenankan menyebrangi lautan kecuali orang berhaji, berumroh atau berperang dijalan Alloh, karena dibawah laut ada api dan dibawah api ada laut”. H.R. Abu Dawud 2 489 dan Sa’id bin Manshur dalam Sunannya ( Lihat Badrut Tamam 1/55 ).
Namun pendapat ini sangat lemah, karena :
A. Atsar dari Ibnu Umar tidaklah dapat dijadikan hujjah karena bertentangan dengan hadits shahih. Perbuatan sahabat apabila bertentangan dengan hadits shahih dari Nabi, tidaklah dapat dijadikan hujjah.
B. Hadits marfu’ dari jalur Ibnu Umar tidaklah shahih.
Berkata Imam Syaukani:
Berkata Abu Dawud : Perowi-perowinya tidak dikenal.
Berkata Al Khathabiy : Mereka melemahkan sanadnya.
Berkata Imam Bukhori : Hadits ini tidak shohih( lihat Nailul Author:1/38-39)
Telah mendhaifkan hadits ini imam Ahmad,imam Bukhari dalam at Tarikh al Kabir dan Ibnu Abdil Barr dalam at Tamhid.
(Lihat keterangan kedhaifannya lebih rinci dalam silsilah ahadits dha’ifah no:478,479 dan Irwaul Ghalil, no: 991 karya syaikh al Muhadits Muhammad Nashiruddin al AlBaniy).
Faedah kedua:
Semua binatang laut adalah halal
Ulama’ telah berselisih tentang kehalalan hewan laut menjadi beberapa pendapat:
1.Semua binatang laut adalah halal.Inilah ucapan ulama’ Malikiyah dan pendapat paling shahih dari ulama’ syafi’iyah
2.Semua binatang laut adalah halal kecuali katak,buaya dan ular.Ini adalah pendapat ulama’ Hambaliyah dan salah satu pendapat dalam madzhab Syafi’iyah
3.Semua binatang laut adalah haram kecuali ikan.Ikan semuanya halal kecuali yang mati dengan mengapung di atas air laut.Ini adalah pendapat ulama’ Hanafiyah
4.Boleh di makan apabila di daratan boleh dimakan dan haram untuk dimakan apabila di daratan tidak boleh dimakan .Ini adalah pendapat ulama’ syafi’iyah.
Pendapat yang kuat:
Pendapat yang paling kuat adalah:
1.Firman Allah ta’ala:
أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُر
“ Dihalalkan bagi kalian buruan laut dan makanannya”.
2.Rasulullah bersabda:
هُوَ اَلطُّهُورُ مَاؤُهُ, اَلْحِلُّ مَيْتَتُهُ
“Laut itu airnya thahur, bangkainya pun halal. ”
هو الطهور ماؤه الحل ميتته
Dan keduanya bersifat umum dan tidak ada dalil shahih yang mengkhususkan.
Faedah ketiga:
Semua bangkai binatang laut adalah halal .
Ulama’ berselisih dalam masalah ini menjadi dua pendapat:
1.Pendapat jumhur ulama’ (Imam Malik,imam Syafi’iy dan imam Ahmad): semuanya halal
2.Pendapat ulama’ Hanafiyah: Tidak halal
Pendapat yang kuat:
Pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah pendapat jumhur , berdasarkan argumentasi berikut ini:
1.Firman Allah ta’ala:
أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُه
“ Dihalalkan bagi kalian buruan laut dan makanannya”.
2.Rasulullah bersabda:
هُوَ اَلطُّهُورُ مَاؤُهُ, اَلْحِلُّ مَيْتَتُهُ
“Laut itu airnya thahur, bangkainya pun halal. ”
3.Hadits Jabir bin Abdillah:
Dari Sufyan dari ‘Amr saya mendengar Jabir berkata:
بَعَثَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مِائَةِ رَاكِبٍ وَأَمِيرُنَا أَبُو عُبَيْدَةَ نَرْصُدُ عِيرًا لِقُرَيْشٍ فَأَصَابَنَا جُوعٌ شَدِيدٌ حَتَّى أَكَلْنَا الْخَبَطَ فَسُمِّيَ جَيْشَ الْخَبَطِ وَأَلْقَى الْبَحْرُ حُوتًا يُقَالُ لَهُ الْعَنْبَرُ فَأَكَلْنَا نِصْفَ شَهْرٍ وَادَّهَنَّا بِوَدَكِهِ حَتَّى صَلَحَتْ أَجْسَامُنَا قَالَ فَأَخَذَ أَبُو عُبَيْدَةَ ضِلَعًا مِنْ أَضْلَاعِهِ فَنَصَبَهُ فَمَرَّ الرَّاكِبُ تَحْتَهُ وَكَانَ فِينَا رَجُلٌ فَلَمَّا اشْتَدَّ الْجُوعُ نَحَرَ ثَلَاثَ جَزَائِرَ ثُمَّ ثَلَاثَ جَزَائِرَ ثُمَّ نَهَاهُ أَبُو عُبَيْدَةَ
Nabi mengirim kami sejumlah tiga ratus orang penunggang kuda untuk mengintai rombongan dagang Quraiys, & sebagai pemimpinnya adl Abu Ubaidah. Kami kemudian kelaparan dgn kelaparan yg sangat luar biasa hingga kami memakan dedaunan pohon yg jatuh. Maka ekspedisi itu pun disebut dgn Jaisy Al Khabath (pasukan daun rontok). Kemudian ada seekor ikan hiu yg disebut dgn nama al Anbar terdampar dari laut, kami memakannya selama setengah bulan & menggunakan lemaknya sebagai minyak hingga badan kami pun kembali segar. Jabir berkata, Abu Ubaidah kemudian mengambil satu tulang ikan tersebut dan menancapkannya, lalu seorang pengendara kuda lewat di bawahnya. Dan di antara kami ada seorang laki-laki yg ketika kelaparan semakin parah, ia menyembelih tiga ekor unta, lalu menyembelih lagi tiga ekor unta, kemudian Abu Ubaidah pun melarangnya. HR. Bukhari No.5070
Yang dimaksudkan dengan bangkai binatang laut di sini adalah binatang yang tidaklah tinggal kecuali di lautan.
Faedah keempat:
Air apabila berubah rasa, warna dan baunya dengan sesuatu yang bersih maka tetap dianggap suci walaupun sangat asin, panas ataupun dingin.
Faedah kelima:
Air laut dapat mengangkat atau menghilangkan hadats besar dan kecil dan menghilangkan najis.
Faedah keenam:
Seseorang yang sedang melakukan safar tidaklah wajib membawa air yang mencukupi untuk bersuci.
Faedah ketujuh:
Air yang dapat digunakan untuk menghilangkan najis dan hadats adalah air yang suci lagi menyucikan, karena Nabi menjelaskan sebab diperbolehkannya berwudhu dengan air laut adalah karena ia suci dan menyucikan.
والله أعلم وأحكم
Tim Redaksi Radio Majas 91.9 FM
Abu Qushaiy al Anwar
0 komentar:
Posting Komentar