KISAH ubaid bin umair
Menghadapi FITNAH WANITA
Saudaraku yang dirahmati Alloh ta’ala…
Taukah kalian kisah ubaid bin umair tat kala beliau rahimahumulloh menghadapi
fitnah wanita?? Simak yuk ceritanya… baca yach..!!
Abul Faraj dan yang lainnya
Rahimahulloh menuturkan, bahwa pernah seorang wanita cantik tinggal di Makkah.
Ia sudah bersuami. Suatu hari ia bercermin dan menatap wajahnya sambil bertanya
kepada suaminya, “Apakah menurutmu ada seorang lelaki yang melihat wajah ini
dan tidak tergoda?” Sang suami menjawab, “Ada.” Si istri bertanya lagi, “Siapa
dia?” Suaminya menjawab, “Ubaid bin Umair.” Si istri menjawab, “Izinkan aku
untuk menggodanya.” “Aku sejak tadi sudah mengizinkanmu.” Jawabnya.
Abul Faraj menuturkan, “Maka wanita itu
mendatangi Ubaid seperti layaknya orang yang meminta fatwa. Ia berduaan dengan
beliau di ujung masjid Al-Haram dan menyingkapkan wajahnya yang bagai kilauan
cahaya rembulan. Maka Ubaid berujar kepadanya, “Wahai budak Allah, tutuplah
wajahmu.” Si wanita menjawab, “Aku sudah tergoda denganmu.” Beliau menanggapi,
“Baik.
Kemudian beliau
berkata ; Saya akan bertanya kepadamu tentang satu hal, apabila engkau
menjawabnya dengan jujur, aku akan perhatikan keinginanmu.” Si wanita berujar,
“Saya akan jawab setiap pertanyaanmu dengan jujur.”
Beliau bertanya, “Seandainya sekarang ini
malaikat maut datang kepadamu untuk mencabut nyawamu, apakah engkau ingin aku
memenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar,
“Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.”
Beliau bertanya lagi, “Seandainya engkau telah
masuk kubur dan bersiap-siap untuk ditanya, apakah engkau suka bila sekarang
kupenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar,
“Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.”
Beliau bertanya lagi, “Apabila manusia sedang
menerima catatan amal perbuatan mereka, lalu engkau tidak mengetahui apakah
akan menerimanya dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri, apakah engkau
suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.”
Beliau berujar, “Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.”
Beliau bertanya lagi, “Apabila engkau sedang akan
melewati Ash-Shirath, sementara engkau tidak mengetahui apakah akan selamat
atau tidak, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu?” Si wanita
menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar, “Bagus, engkau telah menjawabnya
dengan jujur.”
Beliau bertanya lagi, “Apabila telah didatangkan
neraca keadilan, sementara engkau tidak mengetahui apakah timbangan amal
perbuatanmu akan ringan atau berat, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi
keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar, “Bagus, engkau
telah menjawabnya dengan jujur.”
Beliau bertanya lagi, “Apabila manusia sedang
menerima catatan amal perbuatan mereka, lalu engkau tidak mengetahui apakah
akan menerimanya dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri, apakah engkau
suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.”
Beliau berujar, “Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.”
Beliau bertanya lagi, “Apabila engaku sedang
berdiri di hadapan Allah untuk ditanya, apakah engkau suka bila sekarang
kupenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar,
“Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.”
Beliau lalu berujar, “Bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah telah memberi karuniaNya kepadamu dan telah berbuat baik
kepadamu.”
Ibnul Faraj menceritakan, “Maka wanita itupun
pulang ke rumah menemui suaminya. Si suami bertanya, “Apa yang telah engkau
perbuat?” si istri menjawab, “Sungguh engkau ini pengangguran (kurang ibadah)
dan kita semuanya pengangguran.”
Setelah
itu si istri menjadi giat sekali melaksanakan shalat, shaum, dan ibadah-ibadah
lain. Konon si suami sampai berkata, “Apa yang terjadi antara aku dengan Ubaid?
Ia telah merubah istriku. Dahulu setiap malam bagi kami bagaikan malam
pengantin, sekarang ia telah berubah menjadi pendeta (ahli ibadah). (Raudhatul
Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, Ibnul Qayyim, hal. 340)
Begitulah saudaraku,, sebuah kisah ubaid bin
umair rahimahumulloh, di dalam menghadapi dahsyatnya fitnah wanita…
subhanalloh, Islam adalah benteng yang amat kokoh untuk memelihara kesucian,
rasa malu, dan kemuliaan seorang wanita. Islam memerintahkan wanita untuk
berhijab dan memiliki rasa malu. Wanita adalah sekolah pertama di dalam
membangun masyarakat yang shalih jika ia berjalan sesuai dengan petunjuk
Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wasallam.
Demikianlah para sahabat kisah yang dapat saya
sampaikan pada kesempatan kali ini , semogga bermanfaat bagi kita semuanya
aamiin ya robbal ‘alamin..
0 komentar:
Posting Komentar